31 Oktober 2014

Jejak Kehidupan



Tulislah semua yang anda pikirkan, jangan hanya anda tulis dalam ingatan… nanti lupa ^.^ Tuliskanlah secara nyata.

Suatu hari nanti anda akan bingung sendiri, bagaimana  anda bisa menuliskannya, semua rasa itu akan hadir, semua memori lama akan muncul kemudian anda tersenyum..unik.

Jejak-jejak kehidupan…tentang ibu tentang bapa, tentang abang dan adik-adik, tentang indahnya rasa saling memahami, toleran, tanpa ada kekerasan kecuali sekali atau dua kali saja.

Cinta ibu kepada kita, perjuangan bapa yang belum sempat terbalas, kasih sayang abang yang ikhlas.

Hmm ternyata saya dulu gagah juga, berprestasi dan baik.. sayang saya tidak terlalu pintar untuk menyadarinya semejak dini.

Saya tidak terlalu percaya dengan ucapan ibu "anak gagah ibu sudah pulang…", saya pikir itu hanya pujian lumrah dari semua  ibu kepada anak mereka.

Saya tidak terlalu percaya kalau saya pintar, walaupun saya masuk 3 besar pas kelas 5, 6 SD, saya pikir itu hanya kebetulan. Saya kan bukan siapa siapa masak dibilang orang pintar (tawadhu sekali atau pasnya tidak percaya diri, selalu saja merasa belum pantas).

Anak baik hmm... sebenarnya bukan baik, tapi memang saya gak berani berbuat macam-macam, atmosfir  lingkungan keluarga yang membuat saya seperti ini, saya tidak pernah dimarahin di rumah bagaimana mungkin saya bisa tahu bagaimana caranya marah, ibu saya sangat penyabar, mau gak mau saya seperti tersihir dengan sifat ibu, saya pernah nanya" bu, kalau seandainya saya dijahilin, ibu akan omel-omelin ibu mereka itu yang gak mendidik anaknya dengan baik?", "tergantung"kata ibu, kalau tidak parah ya gak usah dibesar-besarkan, tapi kalau kamu dipukuli, pulang berdarah-darah, maka ibu mana yang gak akan membela anaknya, bapakmu juga pasi akan membawa golok ke sana."

"jangan bu, jangan!" saya jadi takut sendiri membayangkan kalau saya bermasalah.  

Ibu sosoknya adem, saya tidak pernah melihat beliau bermasalah dengan tetangga, malah beliau tempat curhat,,ada ada tiap hari tetangga yang datang curhat, gak tahu curhat atau gunjing…beda tipis sih..hehe.

Lingkungan keluarga saya agamis, walaupun bukan alumnus pondok atau kaum terdidik, saya juga heran mengapa bisa, padahal mereka hanya belajar agama setahun sekali, dari ceramah-ceramah yang disampai setelah sholat tarawih pada bulan ramadan.

Hidayah allah memang diberikan kepada siapa saja yang dia kehendaki. Saya tidak pernah melihat mereka meninggalkan sholat atau puasa, abang-abang saya juga lumayan memperhatikan agama, salut…mungkin salat mereka lebih khusu' dari saya.

Lahir dalam nuansa seperti ini mana mungkin saya bisa macam-macam, saya hanya butuh keluarga, selebihnya terjadilah apa yang akan terjadi (pikiran saya waktu itu…egois sekali ya, pasti semua yang pernah SD dengan saya, bisa melupakan saya dengan cepat :( . )

Marhalah tsanawiyah/smp, setelah saya tidak percaya bahwa saya memang gagah, pintar dan baik, pada fase ini saya sirna entah kemana, saya bahkan tidak tahu dengan diri saya sendiri, saya harus mengidolakan siapa? Saya harus merasa apa?.

Saya tidak tahu apa-apa dan juga bingung mau konsultasi sama siapa,"sekedar ingin mengatakan kepadanya bahwa saya seperti melayang-layang karena tidak punya beban apa-apa"

Tahap inilah yang kemudian saya rasa namanya "awal masa puber", ketika saya mulai mencari jati diri, ingin diakui, ingin bisa menghasilkan sesuatu gihu, ingin tahu mengapa nama saya kata orang banyak dipakai oleh pr dan semua yang berawal dari kata ingin.

Saya juga sering bertanya kenormalan saya, mengapa saya belum juga suka suka sama perempuan, padahal saya kan pengen tahu rasanya gimana.

Jangankan suka, membedakan cewek cantik dan yang bukan saja saya tidak tahu, saya lihat semua orang sama saja. Saya mempunyai  2 orang kakak perempuan dan 3 kakak lelaki, karena saya tahu  tidak definisi cantik maka saya selalu bandingkan orang yang saya lihat dengan keluarga saya, semua sama, sama-sama pakai mulut, mata dan sama saja.  Genaralisir ini membuat saya susah menentukan siapa yang harus saya sukai dan idam-idamkan.

Teman-teman sering mengunjingkan guru muda yang seksi (kata sebagian teman sih memang spt itu), sebut saja bu A, guru fisika kami sewaktu kelas satu, setiap guru itu berjalan keluar kelas pasti gerakannya selalu diawasi oleh mata-mata liar sebagian teman.

Bu A itu manis katanya, bodinya kayak gelas kimia, langsing dan pinggulnya besar (sori bahasanya vulgar), dengar ucapan itu saya mengambil kesimpulan mungkin itulah arti cantik, namun saya biasa-biasa saja dengan bu guru, saya merasa bu A memang baik sama saya (mungkin karena saya juara kelas kali ya dan dia wali kelas, pantas kalau dia perhatian dengan murid-muridnya apalagi yang juara dan tidak bandel seperti saya hehehe), dia pernah bela in saya saat lagi di marah-marahin sama bu E, guru yang merangkap kabid kesiswaan, saya ingat waktu itu saya diinterogasi bu E "ngapain teman-temannya yang meribut gak ditegur, kamu kan ketua lokal, kamu gak bisa diam-diam aja bla bla bla...",lalu bu A membela saya, yang mana dia memang satu ruangan dengan kabid kesiswaan " bu E, murid memiliki karakter yg berbeda, si N ini (sambil menyebut nama saya) sambil senyum kepada saya, adalah seperti bunyi pepatah "biarkan anjing mengonggong kafilah tetap berlalu",

Apa lagi yang diomongin bu A ini, saya gak paham hubungan dg masalah saya, tapi yang saya tahu saya senang karena dia baik dan peduli" , namun demikian saya merasa biasa saja dengan bu A, saya tidak mengatakan seperti yang dikatakan oleh teman-teman bahwa dia cantik dan seksi, menurut saya hampir setiap yang perempuan yang saya temui itu sama menariknya, selama tidak aneh-aneh seperti gigi tongol kedepan, atau terlalu pendek, bau badan menyengat, atau full agresif seperti kacang direbus satu.

 Dalam arti kata, selama mereka normal mereka menarik. Sedangkan masalah tinggi, harus putih, kulit lembut, harus langsing atau apalah, serius... waktu sekolah dulu saya tidak tahu apa-apa tentang itu dan saya sering bertanya''mengapa itu dijadikan standar kecantikan?" mereka yang termakan oleh media  ataukah psikologi saya tumbuh agak lambat?.

Sekarang masuk kelas 2 mts, masa ketika saya harus bertemu anak baru dari lokal sebelah, ya sewaktu kelas 1 kami 2 lokal, ketika naik kelas 2, anak dua lokal tadi digabung dengan kami menjadi satu lokal, yach… harus bersaing dengan anak juara kelas, seorang cewek, haruskah saya mengalah?cewek juga biasanya lebih rajin daripada cowok, anak-anak dari lokal baru itu ada yg baik-baik kabarnya, tidak peribut seperti lokal kami, dan mereka juga banyak yang pintar, dan saya lebih banyak tahu tentang diri saya sendiri setelah lokal kami digabung seperti ini. Saya banyak belajar

Misalkan…. Bersambung sampai batas yang tidak ditentukan.




1 komentar:

Chi Yu Hui mengatakan...

ciaaaaa ciaaaa,,, bisa ditebak ni sambungannya.... xixxiiii. :) :D

Posting Komentar