12 Mei 2012

Filosofi Bambu



Dalam kondisi perasaan yang amburadul, kecewa dan hampir hampir putus asa seseorang mencoba untuk berdialog dengan tuhan sebelum dia mengakhiri semuanya.Dia adalah jelmaan dari rata-rata manusia pada umumnya, manusia yang merasa tidak berharga dan selalu berteman dengan kekurangan.

Dia sering berpikir mengapa dia selalu seperti ini, apa lagi yang kurang, punya keluarga yang  baik, sempat mengecap bangku kuliyah, hidup ga' miskin-miskin amat, ya sebenarnya miskin juga sih tapi   ga' harus sampai minta-minta la..

Ada satu hal yang membuat hatinya selalu berteriak meronta-ronta, menangis dan meringis, mengapa dia tak pernah mampu mencapai hal-hal dia inginkan, selalu saja dia gagal, tak pernah bisa pacaran, orang yang selalu idam-idamkannya bertahun2 malah disamber orang dalam hitungan detik , idola kampus yang aku iming2kan juga terkendala otaknya yang pas-pasan, ditambah lagi sifatnya yang pemalu  menyebabkan susah berkembang dan sering makan hati sendiri tanpa tahu harus berbagi kesiapa.

Hidup, dia sudah sangat bingung dengan yang namanya hidup. "Aku hidup tapi aku tidak bisa lagi  mendefinisikan  hidup dengan jelas, aku sudah tidak punya eksistensi"
Semua bergumul berkumpul menjadi sebuah penyakit kronis "ingin cepat-cepat lenyap saja".
"Tuhan apa apa yang harus kulakukan" pliiiz tolong selamat aku,

Sewaktu liburan kemaren dia dapat sebuah pengalaman spiritual, seperti ada percakapan panjang dalam dadanya  

“Lihat ke sekelilingmu”, kataNya. “Apakah engkau memperhatikan tanaman pakis dan bambu yang ada di hutan ini?” “Ya”, jawabnya.
“Ketika pertama kali tuhan menumbuhkannya, dia merawat benih-benih dasar dengan seksama. Dia beri calon bambu itu cahaya, diberi air yang cukup namun  malah pakis-pakis lah yang tumbuh diatasnya. Warna hijaunya yang menawan menutupi tanah, namun tidak ada yang terjadi dari benih bambu.

“Dalam tahun kedua, pakis-pakis itu tumbuh lebih cepat dan lebih banyak lagi. Namun, tetap tidak ada yang terjadi dari benih bambu,
“Dalam tahun ketiga tetap tidak ada yang tumbuh dari benih bambu itu dia tetap terkubur dalam tanah. Begitu juga dengan tahun ke empat. ”

“Lalu pada tahun ke lima sebuah tunas yang kecil muncul dari dalam tanah. dibandingkan dengan pakis yang lebih dulu berkembang, dia  kelihatan begitu kecil dan sepertinya tidak berarti. Namun enam bulan kemudian, bambu ini tumbuh dengan mencapai ketinggian lebih dari 50 kaki. Dia membutuhkan waktu lima tahun untuk menumbuhkan akar-akarnya. Akar-akar itu membuat dia kuat dan memberikan apa yang dia butuhkan untuk bertahan.

begitu jugalah dengan kehidupan, diperlukan akar-akar yang kuat untuk bisa tumbuh besar beda halnya dengan pakis yang hanya jadi orang bawahan dan tak pernah naik tinggi. 

“dialog rohani tu memberinya kesimpulan bahwa semua pergumulannya selama ini adalah masa-masa untuk menumbuhkan akar-akar. Tidak masalah dia tidak jadi bintang kampus, tidak jebol2 cari pacar, dan merasa tidak pernah berhasil dalam segala bidang,mungkin itu adalah masa menumbuhkan akar akarnya utk masa depan, dia harus tetap belajar dan mepersiapkan diri untuk tumbuh 50 kaki lebih tinggi dari pakis pakis yang hanya bayang bayang pertumbuhan tapi sebenar dia segitu gitu aja tak akan pernah  tinggi lagi”.
sumber

0 komentar:

Posting Komentar