Catatan masa
silam dulu, tentang sebuah semangat mengotak-atik potongan2 asa, setiap hari
hanya satu harapan: semoga setiap potongan2 kecil itu bisa jatuh ditempat yang
pas agar di hari H nanti menjelma menjadi sebuah gambar besar yang selaras,
minimal bisa dibaca. Memori ini muncul tanpa diundang, saat itu saya beres2 mau
pindah kos, saya ketemu buku catatan usang saya, seketika saya masuk ditarik ke
masa silam.
Perjuangan 6
tahun yang lalu, juni 2008. Ini adalah awal dari gelembung2 semangat yang bikin
saya linglung panas dingin, rasanya saya ingin berteriak “pak..buk.. saya lulus
tes kuliyah ke luar negri?! Aha jenius ?!”. Dengan sengatan berita kelulusan
itu rasanya saya mulai hidup dalam khayal yg melalang buana, selama
berhari-hari bernafas tanpa tahu harus melakukan apa.
Yach… ini
merupakan sebagian dari kelemahan saya, ketika menginginkan sesuatu maka semua
pikiran saya, hati saya, alam sadar dan tidak sadar saya langsung tercurahkan
pada satu hal itu saja, saya tidak akan bisa memikirkan hal lain, youhh
kebebasan saya rasanya betul2 terampas.
Kadang saya merasa
sudah tidak lagi di dunia ini karena separuh jiwa ini sudah bertengger,
berjalan melenggang dengan indahnya di alam khayal.
Dimanapun
saya berada, khayalan ttg kuliyah di luar negri selalu hadir, menggoncang2 jiwa,
baik itu ketika membantu ibuk di dapur, ketika menjemput air untuk kebutuhan
dapur dari lubuk (mata air) yang cukup jauh, belanja ke warung yg juga lumayan
jauh, ketika makan, ketika bantu2 orang tua di sawah, ketika sendirian di kamar
bahkan kadang2 ketika lagi sholat. Hgzztt.
Setahun
sebelumnya (yaitu tahun 2007) ketika saya mulai masuk tahun akhir di sekolah
saya, saya mulai merasa kosong: kosong waktu, kosong permasalahan.
Saya merasa
memiliki banyak sekali waktu kosong, tinggal di mesjid yg dekat dari gedung
sekolah, dapat tunjangan yg mencukupi kebutuhan sebulan.
Dengan dua modal ini
waktu kosong saya menjadi bertambah, pertama karena saya tidak butuh
menghabiskan waktu lama untuk bisa sampai ke sekolah, kedua saya merasa tidak
usah menghabiskan waktu membantu orang tua di sawah karena saya sudah punya
uang sendiri yang mencukupi kebutuhan saya.
Banyak waktu
luang dan sekolah juga tidak memberi tugas yg menyita waktu membuat ruang hampa
semakin menganga. Ya spt itulah kekosongan pertama, kayaknya sudah ada gambaran
umumnya. Sekarang lanjut tentang permasalahan selanjutnya!
Kekosangan
permasalah. Semenjak dulu sirkulasi rutinitas saya adalah sirkulasi aman, siklus
minim masalah.
Pertama
keluarga. Keluarga rasanya cukup harmonis, saya tidak pernah melihat orang tua
bertengkar, ibuk bapak taat beragama, rajin sholat, puasa, baca quran, nyaman
kali rasanya kalau dirumah, saya tidak ingin kemana2.
Kedua
rutinitas saya. biasanya pagi siang saya disekolah, sorenya membantu orang tua,
malam belajar kemudian tidur dan paginya sekolah lagi.
Hari minggu
saya membantu ibuk belanja ke pasar (bl panjang) atau menjaga padi yang dijemur
di halaman supaya tidak dimakan oleh ayam2 tetangga dan kadang membantu orang
tua di sawah atau hanya sekedar menjaga padi yg mulai menguning di sawah supaya
tidak dimakan oleh burung gereja atau pipit.
Rutinitas
seperti ini saya sebut sbg siklus anti masalah atau rutinitas aman karena dia
saya membuat saya terpelihara dari permasalahn kenakalan remaja, huru hara yg
gak jelas.
Saya tidak perlu merasa stress karena tidak ada yg perlu
dikhawatirkan, di sini kita lebih membutuhkan otot ketimbang otak hanya butuh
badan yg sehat dan stamina yg ok saja, apa yg dikerjakan orang tua tinggal ditiru
saja, gampang lah pokoknya.
Banyak
kesibukan dirumah atau sawah membuat saya tidak punya waktu main2 dg anak2 baru
puber yang tinggalnya lebih dekat dengan jalan besar beraspal, main bola kaki, main
kartu, domino atau sekedar duduk2 di warung sambil mendengarkan cerita huru
hara mereka, cerita ttg hantu, ttg pacaran, saya akui mereka jago bercerita dan
selalu punya kisah menarik untuk diumbar namun keluarga saya melarang duduk2 di
warung, ah janganlah ikut2 pula dg preman.
Wow anda
shaleh sekali, berpikiran bijak semenjak kecil bla bla bla…,
Jangan mengambil
kesimpulan terlalu dini sodara! Walaupun saya bebas masalah atau kosong masalah
namun waktu itu saya merasa terkucil dari lingkaran kehidupan yg seharusnya.
Semakin saya beranjak remaja semakin banyak gejolak perasaan yang saya timbun
dalam dada, semakin sering pula saya melakukan monolog, bertanya2 ttg semua
detail yg terjadi dalam kehidupan saya, saya mulai bertanya dg pertanyaan
“mengapa saya…” kemudian menjawab dengan kata “karena…” namun secara umum saya
hanya bisa melontarkan pertanyaan “mengapa saya…” tanpa bisa berkata “karena…”
yaa otak tidak terlalu cerdas utk menjawab semua pertanyaan2 itu.
Sungguh pada
waktu itu saya sangat butuh kehadiran pembimbing yg bisa memuaskan semua
pertanyaan2 saya atau seorang teman super jenius yang tidak pernah bilang “kamu
ini aneh” terhadap semua kebingungan saya.
Harapan
tinggal harapan dan saya tetap harus menjawab semua pertanyaan seorang diri
saja, kadang saya bertanya mengapa nama saya dalam akte novi dan kenapa dirumah
dipanggil andi, mengapa kalau saya ikut bicara ketika orang lain bicara mereka
bilang “husss anak kecil jangan ikut campur urusan orang dewasa” saya heran
mengapa saya dilarang bicara tanpa dijelaskan dimana letak kesalahan ucapan
saya, padahal saya yakin apa yg saya ucapkan sangat benar sekali dan masuk
akal, saya dilarang berpendapat semata2 karena saya masih kecil.
Sungguh dunia
ini tidak adiiiil, saya ingin sekali berlari ke masa depan supaya cepat dewasa
dan bisa didengarkan ucapannya. (inilah salah satu tragedy menjadi anak paling bungsu,
tidak ada yg menghormati perkataannya, selalu dianggap ingusan. Hufhf sebal :( )
Saya heran
mengapa ada orang miskin dan ada orang kaya, mengapa sebagian orang suka
berbohong bahkan disaat2 yg sebenarnya mereka bisa jujur, saya juga sering
bertanya” apasih kriteria seseorang bisa disebut manis atau ganteng bukankah
semua orang itu sama saja selama mereka anggota tubuh mereka lengkap dan tidak
cacat, bahkan saya tidak bisa menyebutkan dimana letak manis dan gantengnya
para artis, saya lihat mereka sama saja dg orang-orang yang saya temui sehari.
Di lain waktu kadang saya juga terpikir bagaimana manusia bisa terlahir ke
dunia dan pernah debat dg kawan saya ttg masalah ini sewaktu kelas 5 SD,
setelah saya masuk Tsanawiyah dan belajar biologi baru saya sadar klo pendapat
teman saya itu benar dan pendapat saya salah. (terima kasih guru biologi tercinta
alm bu Sumiarti yg telah memberi saya byk pengetahuan baru, semoga Allah
melapangkan kuburanmu. Amin) dan banyak lagi pertanyaan yg menyesak.
Tidak ada
jawaban untuk kebanyakan dari pertanyaan saya dan tidak ada yang mau
menghabiskan waktunya dengan sia2 untuk menjelaskannya. Semua sibuk bekerja
banting tulang dan pertanyaan saja dianggap tidak berbobot.
Satu-satunya
yg membuat saya tidak berontak dg penerimaan yg seperti itu adalah karena saya
bisa masuk dg bebas ke dalam alam khayal, alam super luas tanpa batas. Saya
sering melarikan pertanyaan2 kealam khayal…menghayal dalam sepi. Saya menemui
keindahan dalam kesunyian.
Dengan
berbasiskan dua keadaan di atas maka saya bisa hidup dengan aman tentram dan
tetap sunyi. Hukum kausalitas memang benar “ kesunyian hanya membawa kepada
kesunyian dan kekosongan pasti bermuara juga kepada kekosongan. Ketika awal
menginjak kelas 6 diniyah (2007) saya merasa seperti nol besar, kosong hampa.
Saya harus melakukan sesuatu…jreng jreng jreng otak saya mulai berputar.
Saya mulai
sering datang ke pustaka bg hatta, meminjam buku secara berkala. Yo i mengapa
saya tidak bertanya kepada orang2 besar kaliber internasional, otak saya
terlalu kecil untuk bisa diandalkan.
Saya mulai
menggaris target untuk saya simpan dibalik setiap buku yg saya pinjam. Tahun
ini saya ingin melakukan sesuatu yg berbeda.
Walhasil setelah
beberapa bulan langganan dengan pustaka saya menggebu ingin mencoba untuk
membuktikan kebenaran ide-ide yg ditulis oleh para penulis dunia, saya memutuskan untuk membuktikan ilmu2
itu dg bergabung dg MLM (multilevel marketing) itu perubahan yang pertama,
untuk sukses kita harus keluar dari zona nyaman, membuat tantangan2 yg sulit,
berani ditolak, berani gagal, pokoknya banyak sekali sisi2 positif yg bisa
ditemukan dalam MLM.
Di lain
waktu mulai ada keinginan untuk tahu ttg bagaimana rasanya jatuh cinta, buku2
yang saya baca mengatakan bahwa ketertarikan kepada lawan jenis adalah satu
diantara tanda2 mulai remaja, dan cinta itu seperti magnet, dia akan saling
tarik menarik klo seandainya bertemu dg frekuensi yg pas, ayo ungkapkan
perasaanmu, orang yg kamu sukai sebenarnya sedang nunggu kamu yang aktif
duluan, yang ngungkapin perasaan, perempuan sifatnya pasif, dia lebih suka
menunggu, kemudian penulis menuliskan testimoni kisah-kisah yg menguatkan
statementnya itu, Waktu itu saya sangat percaya sekali, sanggggggat percaya dg
buku motivasi yg saya baca, dan cap “best seller” adalah jaminan mutu menurut saya.
Yes! Saya dapat ilmu baru lagi.
Jatuh cinta
adalah hal terbesar dari tanda2 remaja yg menurut saya sangat penting. Karena semenjak
SD sampai akhirnya saya kenal dengan pustaka saya memang asik memikirkan asal muasal
jatuh cinta, belum terpikir ttg cinta itu sendiri sih karena waktu itu umur
saya masih kecil. Hy mukaddimah saja.
Pertanyaan
yang sdh ada smnjak SD sampai saya mulai rajin ke pustaka “apa kriteria cantik atau ganteng ataukah
semua itu relative saja tidak ada orang yg benar2 cantik atau ganteng” kalau
seandainya bisa dinilai maka saya berada dalam posisi apa, ganteng atau sedang
atau kurang dan bagaimana dengan teman2 dilokal apakah mereka bisa juga
dikelompok2an kepada cantik, biasa dan kurang.
eksperimen dimulai lagi dan saya mulai melirik sekeliling siapa yg
seharus nya saya sukai dan apa alasan...bersambung.