Tulislah semua yang anda pikirkan, jangan
hanya anda tulis dalam ingatan… nanti lupa ^.^ Tuliskanlah secara nyata.
Suatu hari nanti anda akan bingung sendiri,
bagaimana anda bisa menuliskannya, semua
rasa itu akan hadir, semua memori lama akan muncul kemudian anda
tersenyum..unik.
Jejak-jejak kehidupan…tentang ibu tentang
bapa, tentang abang dan adik-adik, tentang indahnya rasa saling memahami,
toleran, tanpa ada kekerasan kecuali sekali atau dua kali saja.
Cinta ibu kepada kita, perjuangan bapa yang
belum sempat terbalas, kasih sayang abang yang ikhlas.
Hmm ternyata saya dulu gagah juga,
berprestasi dan baik.. sayang saya tidak terlalu pintar untuk menyadarinya
semejak dini.
Saya tidak terlalu percaya dengan ucapan
ibu "anak gagah ibu sudah pulang…", saya pikir itu hanya pujian
lumrah dari semua ibu kepada anak
mereka.
Saya tidak terlalu percaya kalau saya
pintar, walaupun saya masuk 3 besar pas kelas 5, 6 SD, saya pikir itu hanya
kebetulan. Saya kan bukan siapa siapa masak dibilang orang pintar (tawadhu
sekali atau pasnya tidak percaya diri, selalu saja merasa belum pantas).
Anak baik hmm... sebenarnya bukan baik,
tapi memang saya gak berani berbuat macam-macam, atmosfir lingkungan keluarga yang membuat saya seperti
ini, saya tidak pernah dimarahin di rumah bagaimana mungkin saya bisa tahu
bagaimana caranya marah, ibu saya sangat penyabar, mau gak mau saya seperti
tersihir dengan sifat ibu, saya pernah nanya" bu, kalau seandainya saya
dijahilin, ibu akan omel-omelin ibu mereka itu yang gak mendidik anaknya dengan
baik?", "tergantung"kata ibu, kalau tidak parah ya gak usah
dibesar-besarkan, tapi kalau kamu dipukuli, pulang berdarah-darah, maka ibu
mana yang gak akan membela anaknya, bapakmu juga pasi akan membawa golok ke sana."
"jangan bu, jangan!" saya jadi
takut sendiri membayangkan kalau saya bermasalah.
Ibu sosoknya adem, saya tidak pernah
melihat beliau bermasalah dengan tetangga, malah beliau tempat curhat,,ada ada
tiap hari tetangga yang datang curhat, gak tahu curhat atau gunjing…beda tipis
sih..hehe.
Lingkungan keluarga saya agamis, walaupun
bukan alumnus pondok atau kaum terdidik, saya juga heran mengapa bisa, padahal
mereka hanya belajar agama setahun sekali, dari ceramah-ceramah yang disampai
setelah sholat tarawih pada bulan ramadan.
Hidayah allah memang diberikan kepada siapa
saja yang dia kehendaki. Saya tidak pernah melihat mereka meninggalkan sholat
atau puasa, abang-abang saya juga lumayan memperhatikan agama, salut…mungkin
salat mereka lebih khusu' dari saya.
Lahir dalam nuansa seperti ini mana mungkin
saya bisa macam-macam, saya hanya butuh keluarga, selebihnya terjadilah apa
yang akan terjadi (pikiran saya waktu itu…egois sekali ya, pasti semua yang
pernah SD dengan saya, bisa melupakan saya dengan cepat :( . )
Marhalah tsanawiyah/smp, setelah saya tidak
percaya bahwa saya memang gagah, pintar dan baik, pada fase ini saya sirna
entah kemana, saya bahkan tidak tahu dengan diri saya sendiri, saya harus
mengidolakan siapa? Saya harus merasa apa?.
Saya tidak tahu apa-apa dan juga bingung
mau konsultasi sama siapa,"sekedar ingin mengatakan kepadanya bahwa saya
seperti melayang-layang karena tidak punya beban apa-apa"
Tahap inilah yang kemudian saya rasa
namanya "awal masa puber", ketika saya mulai mencari jati diri, ingin
diakui, ingin bisa menghasilkan sesuatu gihu, ingin tahu mengapa nama saya kata
orang banyak dipakai oleh pr dan semua yang berawal dari kata ingin.
Saya juga sering bertanya kenormalan saya,
mengapa saya belum juga suka suka sama perempuan, padahal saya kan pengen tahu
rasanya gimana.
Jangankan suka, membedakan cewek cantik dan
yang bukan saja saya tidak tahu, saya lihat semua orang sama saja. Saya
mempunyai 2 orang kakak perempuan dan 3
kakak lelaki, karena saya tahu tidak
definisi cantik maka saya selalu bandingkan orang yang saya lihat dengan
keluarga saya, semua sama, sama-sama pakai mulut, mata dan sama saja. Genaralisir ini membuat saya susah menentukan
siapa yang harus saya sukai dan idam-idamkan.
Teman-teman sering mengunjingkan guru muda
yang seksi (kata sebagian teman sih memang spt itu), sebut saja bu A, guru
fisika kami sewaktu kelas satu, setiap guru itu berjalan keluar kelas pasti
gerakannya selalu diawasi oleh mata-mata liar sebagian teman.
Bu A itu manis katanya, bodinya kayak gelas
kimia, langsing dan pinggulnya besar (sori bahasanya vulgar), dengar ucapan itu
saya mengambil kesimpulan mungkin itulah arti cantik, namun saya biasa-biasa
saja dengan bu guru, saya merasa bu A memang baik sama saya (mungkin karena
saya juara kelas kali ya dan dia wali kelas, pantas kalau dia perhatian dengan
murid-muridnya apalagi yang juara dan tidak bandel seperti saya hehehe), dia
pernah bela in saya saat lagi di marah-marahin sama bu E, guru yang merangkap
kabid kesiswaan, saya ingat waktu itu saya diinterogasi bu E "ngapain
teman-temannya yang meribut gak ditegur, kamu kan ketua lokal, kamu gak bisa
diam-diam aja bla bla bla...",lalu bu A membela saya, yang mana dia memang
satu ruangan dengan kabid kesiswaan " bu E, murid memiliki karakter yg
berbeda, si N ini (sambil menyebut nama saya) sambil senyum kepada saya, adalah
seperti bunyi pepatah "biarkan anjing mengonggong kafilah tetap
berlalu",
Apa lagi yang diomongin bu A ini, saya gak
paham hubungan dg masalah saya, tapi yang saya tahu saya senang karena dia baik
dan peduli" , namun demikian saya merasa biasa saja dengan bu A, saya
tidak mengatakan seperti yang dikatakan oleh teman-teman bahwa dia cantik dan
seksi, menurut saya hampir setiap yang perempuan yang saya temui itu sama menariknya,
selama tidak aneh-aneh seperti gigi tongol kedepan, atau terlalu pendek, bau
badan menyengat, atau full agresif seperti kacang direbus satu.
Dalam arti kata, selama mereka normal mereka
menarik. Sedangkan masalah tinggi, harus putih, kulit lembut, harus langsing
atau apalah, serius... waktu sekolah dulu saya tidak tahu apa-apa tentang itu
dan saya sering bertanya''mengapa itu dijadikan standar kecantikan?"
mereka yang termakan oleh media ataukah
psikologi saya tumbuh agak lambat?.
Sekarang masuk kelas 2 mts, masa ketika
saya harus bertemu anak baru dari lokal sebelah, ya sewaktu kelas 1 kami 2
lokal, ketika naik kelas 2, anak dua lokal tadi digabung dengan kami menjadi
satu lokal, yach… harus bersaing dengan anak juara kelas, seorang cewek, haruskah
saya mengalah?cewek juga biasanya lebih rajin daripada cowok, anak-anak dari
lokal baru itu ada yg baik-baik kabarnya, tidak peribut seperti lokal kami, dan
mereka juga banyak yang pintar, dan saya lebih banyak tahu tentang diri saya sendiri
setelah lokal kami digabung seperti ini. Saya banyak belajar
Misalkan…. Bersambung sampai batas yang
tidak ditentukan.